Lensa Kamera mirrorless sebenarnya telah beredar di pasaran sejak puluhan tahun silam, tapi baru benar-benar dilirik oleh masyarakat beberapa tahun belakangan ini. Banyak fotografer profesional telah memanfaatkan kamera DSLR sebagai senjata utamanya, namun kini tak sedikit yang sudah membekali peralatan tempurnya dengan kamera mirrorless tentunya dengan pertimbangan tertentu.
Kamera mirrorless pada umumnya lebih ringan dan kecil ketimbang kamera DSLR. Selain itu, kamera mirrorless juga terbilang tidak berisik dan lebih praktis, sehingga cocok digunakan oleh banyak pengguna dari berbagai kalangan.
Sebelum membeli kamera mirrorless, perlu diingat apa saja kebutuhannya. Sama seperti kamera DSLR, kamera mirrorless juga memiliki macam macam lensa yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan si pengguna. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti ketajaman, distorsi, kecepatan dan tentu saja, isi dompet Anda. Berikut ini tips memilih lensa untuk kamera mirrorless.
Jika diringkas, setidaknya ada tiga kategori kamera mirrorless: konsumen, prosumer dan profesional. Kamera profesional di sini tak lantas menjamin penggunanya bakal memiliki hasil yang profesional, namun lebih memiliki arti bahwa kamera tersebut dibuat untuk kebutuhan seorang fotografer profesional.
Fotografer profesional pun tetap harus cermat dalam memilih lensa yang tepat. Ini bergantung pada kebutuhannya. Ingat, lensa menjadi penentu seperti apa foto Anda akan didapat, baik secara visual, ketajaman atau warna dan bokeh. Pada dasarnya, tidak ada lensa ideal, yang artinya tidak ada satu lensa yang cocok untuk semua kebutuhan.
Cermati apa kebutuhan Anda ketika hendak memilih lensa untuk kamera mirrorless. Jangan sampai Anda memilih lensa macro untuk penggunaan wide-angle. Anda harus memperhatikan jenis lensa yang cocok untuk kebutuhan portrait, jarak dekat atau jarak jauh. Kalau tidak mau repot, Anda bisa memilih lensa all-round atau satu lensa kit untuk berbagai kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk acara pernikahan.
Jika Anda lebih sering memotret objek yang berada di kejauhan, maka Anda wajib menggunakan lensa telephoto zoom atau bisa disingkat lensa tele. Umumnya, lensa pada kategori ini memiliki ekuivalensi focal length antara 24mm - 200mm pada sensor full rame 35mm. Kelebihannya, Anda bisa menggunakan lensa ini untuk lebih dari satu kebutuhan.
Baru-baru ini, banyak lensa tele telah dirancang untuk menghasilkan gambar dengan kualitas yang memadai seperti autofokus lebih cepat, stabilisasi gambar lebih baik dan masih banyak lagi. Lensa tele memiliki panjang fokus lebih tinggi. Perlu dicatat bahwa Anda tidak boleh terkecoh dalam membawa nilai panjang fokus (focal length) awal yang lebih kecil.
Untuk memotret pemandangan, wajah, dan potret kegiatan sehari-hari lainnya, lensa yang cocok adalah lensa zoom standar. Lensa ini memiliki rentang focal length yang lebih sempit dibandingkan lensa tele sehingga pas digunakan untuk memotret lanskap alam maupun portrait. Anda juga harus memperhatikan besaran nilai aperture (f) pada lensa dan tingkat kecerahan yang stabil.
Mengatur nilai f di sini bisa sangat menyenangkan dan menentukan hasil akhir. Anda bisa dengan mudah menciptakan bokeh dengan menaikturunkan f dan tingkat kecerahan. Biasanya, bokeh pada lensa zoom standar bisa didapat dengan mengatur nilai f antara f/2.8 sampai f/4.0.
Jika digunakan di kamera DSLR/SLR, jenis lensa superzoom biasanya memiliki bobot berat dan ukuran yang besar. Namun, untuk kamera mirrorless, sudah cukup banyak tersedia lensa superzoom dengan bobot yang ringan dan ukuran relatif lebih kecil. Sebagai perbandingan, lensa kamera DSLR bisa mencapai 2kg, sementara beberapa lensa superzoom mirrorless tak sampai 1kg.
Adapun lensa superzoom biasa digunakan untuk mereka yang suka memotret objek bergerak, seperti event olahraga, di mana objeknya berupa atlet yang tengah berlarian dan lain sebagainya. Selain itu, objek-objek di alam bebas seperti satwa liar juga cocok jika diambil dengan menggunakan lensa superzoom. Untuk melawan cuaca ekstrem khususnya untuk keperluan fotografi alam, ada baiknya Anda menyiapkan lensa dustproof.
Lensa ini punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya terletak pada kualitas gambar yang bisa lebih baik ketimbang lensa zoom atau tele. Selain itu keunggulan lainnya terletak pada fleksibilitas dalam hal desain, ukuran dan nilai aperture yang lebih baik ketimbang lensa untuk kamere SLR. Kelemahannya, lensa fix tak lebih praktis daripada lensa lainnya, bahkan untuk sekelas lensa pada kamera digital.
Buat Anda yang mendewakan bokeh sebagai standar utama kualitas foto, maka lensa fix ini adalah jagonya. Memang, lensa fokus tunggal dengan aperture sekitar f/1.8 saja sudah cukup untuk menghasilkan foto yang bokeh, tapi kalau mau lebih baik lagi, setting lensa fix dengan f/1.4 sangatlah disarankan.
Saat membeli lensa kamera, sangat penting untuk mempertimbangkan jenis objek yang ingin Anda potret, kemungkinan kondisi pencahayaan, dan tentu saja anggaran yang Anda punya. Tidak ada satu lensa yang sempurna untuk segala situasi, jadi Anda harus menyeimbangkan pro dan kontra dari berbagai pilihan dan memutuskan yang terbaik.
Berikut ini pedoman yang akan membantu Anda membuat keputusan penting itu, sehingga Anda menemukan lensa kamera yang sesuai dengan kebutuhan Anda, baik dari segi artistic dan praktis-nya.’
Faktor terpenting dalam lensa kamera adalah panjang fokusnya. Ini menentukan jenis lensa pa, dan objek apa yang akan dapat difoto. Panjang focus berkisar dari hanya beberapa millimeter hingga lebih dari 1 meter, dan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Focal Length | Lensa Type | Obyek Pada Umumnya |
8mm – 24mm | Ultra wide angle (fisheye) | Panorama, skyscapes, artistik |
24mm – 35mm | Wide angle | Interiors, arsitektur, landscape |
35mm – 85mm umumnya 50mm | Standar | Umum |
85mm – 135mm | Portraits, candid | Foto jarak dekat |
135mm – 300mm | Medium telephoto | Action, Close sports |
300mm+ | Super telephoto | Sport jarak jauh, wildlife, nature, astronomy |
Focal length lensa ditentukan untuk kamera dengan sensor 35mm “fullframe”. Sebagian besar pemakai DSLR (Nikon, Canon), kamera mirrorless APSC (Canon, Sony ILC, Nikon, Fujifilm) dan kamera mirrorless micro fourthird (Lumix dan Olympus) menggunakan sensor yang lebih kecil, dan ini memiliki efek memotong tepi foto (cropping), sehingga menghasilkan gambar yang seakan ‘diperbesar’ daripada gambar pada sensor fullframe. Cropping ini membuatnya tampak seolah-olah lensa memiliki focal length yang lebih panjang daripada yang sebenarnya. Kita dapat menghitung ‘focal length efektif” lensa dengan mengalikan focal length lensa tsb dengan ‘crop factor’ kamera. Crop factor pada sensor kamera APSC adalah sekitar 1.5x, yang berarti lensa 50mm sebenarnya memiliki focal length efektif 75mm saat dipasang ke kamera APSC.
Sebelum membeli lensa apapun Anda harus tahu cropping factor kamera Anda, dan menggunakannya untuk menghitung panjang focal length lensa, sehingga Anda dapat menentukan lensa yang memberikan efek yang diinginkan.